
Di depan kelambu terbuka merupakan lukisan yang ingin menggambarkan sebuah realita kehidupan pada zaman Hindia Belanda yang penuh dengan penderitaan akibat penjajahan. Kemiskinan, kesengsaraan, kebodohan begitu merajalela karena golongan atas sajalah yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Tapi dibalik penggambaran secara luas tentang lukisan ini ada makna mendalam yang tidak diketahui. Wanita tersebut ialah Miryam, wanita yang menikah dengan Sudjojono, seorang PSK yang dinikahi nya. Sudjojono begitu mencintai wanita tersebut, tetapi karena idealismenya ia harus berhenti bekerja dan ditinggalkan oleh Miryam sehingga menuntut Miryam kembali ke pekerjaan lamanya. Disini Sudjojono menyadari bahwa ia telah gagal menjadi seorang suami bagi istrinya.
Sensasi yang ditimbulkan dalam lukisan ini begitu nyata terlihat, sehingga membawa kita ikut larut dalam suasana tersebut. Pada latar depan, tampak sosok perempuan, rambutnya terjurai lepas, dengan kebaya bermotif bunga-bunga kecil berwarna-warna cerah, dibalut kain jarik berlatar warna hitam dengan motif batik berwarna merah menyala di pinggir kain, terjuntai ke bawah sampai batas mata kaki, duduk dengan posisi gelisah, dan tampak tak nyaman. Sebelah tangan berada pada bahu kursi dan tangan satunya lagi menumpu di kursi kayu berwarna cokelat seperti sedang menyangga beban berat. Hal yang menonjol dalam lukisan ini adalah wajah pucat dari seorang Miryam, begitu gundah terlihat sepasang mata hitam yang menatap lurus ke depan. Tatapan matanya tampak lelah menanggung kepedihan dan kemarahan. Bibirnya pun terkatup rapat. Raut mukanya pucat. Warna-warna dalam lukisan ini tampak kuat dan kontras, hasil campuran warna yang suram, merupakan jalinan dari warna merah, putih, kuning, hijau yang dikomposisikan juga dengan warna coklat tua. Pemilihan warna yang kuat didukung oleh goresan kasar mampu meredam kontras warna dan memunculkan kesatuan yang harmonis.
Persepsi dalam lukisan juga dapat digambarkan dengan sangat jelas. Wanita dengan sorot mata yang pasrah duduk diranjang dengan kelambu di hiasi bunga-bunga menggambarkan sosok perempuan yang melankolik dan misterius. Pandangan matanya menjadi sebuah refleksi dari sebuah kemiskinan dan kepasrahan atas kehidupan wanita di zaman dahulu.
Comentários